ldhena

༻✿༺

  • 🏡
  • Bercerita
    • Curhat
    • Esai
  • Beropini
  • Berkreasi
    • Masak-Masak
    • Karya

JURNAldhena

✿✿

Semesta seakan kompak membawa saya pada suatu konsep keilmuan bernama "Law of Assumption". Beberapa waktu lalu, rekan kerja saya, Mba Galuh, sempat sharing terkait hal itu. Karena kebetulan kami berada di suatu event yang sama di wilayah Anyer, ia berbagi tentang bagaimana law of assumption digunakan sebagai mental state dalam kehidupan, baik personal maupun secara profesional. Tidak sampai di situ, FYP Tiktok saya juga secara tiba-tiba ramai dengan kreator yang membahas Law of Assumption ini.
Reprogram Your Self-Concept with Neville Goddard's Techniques

Make a du'a and live like it's already answered

Alih-alih menggunakan "manifesting", dalam law of assumption Neville Goddard, kita akan memaksimalkan penggunaan subsconcious dan conscious mind pada otak bahwa apa yang dipikirkan dan dipercaya oleh kita maka itu bisa menjadi realita. Dalam hukum ini, kita dibawa untuk membangun self belief bahwa kita percaya bahwa hal yang diinginkan itu telah terjadi dan kita telah menerimanya. 

Fake it, until you make it.

Tampak memiliki kesamaan untuk sama-sama menjadikan goals tercapai secara realita. Namun dalam merealisasikan mimpi, gunakan tone positif untuk sesuatu yang ingin diraih. 
Tidak terlambat bangun solat subuh > Solat subuh tepat waktu
Kurangin gula, junkfood > Perbanyak real food, plain is best 
Law of assumption gak ada dalam ajaran Islam. Secara spesifik, betul, memang tidak ada. Tapi kita pasti tidak asing dengan istilah Husnuzan. Saya selalu percaya bahwa ketetapan Allah SWT adalah yang terbaik. Kita sebagai manusia, hanya bisa berikhtiar, memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan dan selalu mengharap ridho-Nya. 



*Sebuah tulisan yang cukup spesial karena ditulis bertepatan dengan 30 tahun usia saya^^*
-jurnaldhena
Share on:
"Gak pernah semuak ini jadi WNI"
Ya Tuhan kenapa aku WNI, #kaburajadulu - seringkali digunakan sebagai yapping yang sering digaungkan saat kami merasa sudah sangat lelah hidup sebagai masyarakat di negara yang (mungkin) gak bakal pernah maju ini. 
Namun, rasa muak sebagai WNI semakin memuncak akhir-akhir ini. Genap 8 dekade Indonesia merdeka, bahkan belum habis bulan Agustus, kami sebagai warga negara harus dihadapkan dengan beragam tragedi yang sangat menyesakkan dada.
Belum hilang di bayangan saya, sosok kecil Raya yang meninggal dunia karena infeksi cacing kronis pada tubuhnya. Kami harus menghadapi adanya kenaikan tunjangan bagi anggota dewan yang rasanya sangat tidak masuk akal, di saat rakyatnya saja sulit buat makan dan mengakses layanan kesehatan yang layak. Ditambah, kelakuan pejabat tolol di parlemen yang tone deaf, mati empatinya, namun masih bisa menari-nari di atas kesengsaraan masyarakat Indonesia.

Affan dibunuh Polisi

Rekaman itu trending di X, berseliweran di lini masa tanpa editan, tanpa sensor. CCTV aksi massa saat itu bukan berupa CCTV Bardi, tapi dari kamera ponsel masyarakat di sekitar Gedung DPR/MPR RI pada 28 Agustus 2025. Rekaman itu merekam Affan, seorang driver online Gojek yang meninggal dunia karena dilindas oleh barracuda Brimob. Mobil taktis yang dengan sengaja di-gas ngeng padahal banyak masyarakat di sekitarnya sedang melakukan aksi unjuk rasa. Sekali lagi, Affan dibunuh polisi.
Who do you call, when the police murders?
Reset Indonesia bukan sekadar akal-akalan antek asing, bukan sekadar tagline kampanye di sosial media. Tapi bentuk harapan, perbaikan buat negara ini.
Sebab nyatanya kami hanya ingin memberi aspirasi bukan dibuat mati. 

- jurnaldhena
Share on:


Baru saja menyelesaikan satu film original Netflix berjudul A Normal Woman. Film bergenre drama dan psychological thriller ini dibintangi Marissa Anita, Dion Wiyoko, Gisella Anastasia, sampai aktris senior, Widyawati. Singkatnya, film ini berkisah tentang Mila (Marissa Anita) sebagai sosok perempuan yang hidup dalam standar istri dan ibu yang sempurna. 

Konflik ceritanya pun bermacam-macam, ada dari ibu kandung yang materialistis, ibu mertua yang perfeksionis (keduanya sama-sama toxic), punya suami juga anak mami, anak yang rebel karena menjadi korban bullying, hingga pada puncaknya ketika Mila harus bertarung mengatasi trauma masa lalu yang membuat dirinya berperilaku abnormal. Asumsi saya, tokoh Mila ini dibuat mengalami psikosomatis, akibat stress berlebih timbul reaksi fisik yang ekstrim pada diri Mila. Jadi memang gak ada hantu ataupun magic di film ini.

Ide cerita dari film ini mengangkat mental health issue, patriarchy in society, racial issue, dan bahkan bagaimana lingkungan yang toxic lama-lama bisa membunuh. Namun, yang bikin jelek, menurut saya, alur cerita yang cenderung loncat-loncat. Beberapa konfliknya juga terkesan maksa dan diada-adain. Trauma di masa lalu Mila (dalam versi anak-anak) yang menjadi background story juga gak begitu matang untuk diangkat. 

Bagi kalian yang sudah menonton sampai di pertengahan cerita dan mengira bahwa Mila ada affair dengan sosok tukang kebun di rumahnya, berarti saya gak sendiri - yakin pasti ada yang mikir begini. Gak paham juga kenapa harus si tukang kebun itu karakternya kaya begitu, bikin curiga aja😆

Saya pribadi tidak membuat review khusus film A Normal Woman ini karena jujur jalan cerita yang cukup hmmm (sorry, Mommy Marissa Anita, in this movie your performance is top notch but not for the whole story😂). Hampir 2 jam menonton film ini, agak kecewa karena saya rasa konfliknya seharusnya bisa lebih seru dari ini. Overall cuma bisa kasih 5/10. Tapi saya tetap akan mengambil beberapa insight yang memang cukup menarik. Meski begitu, tetap spoiler alert ya. Jadi, bookmark dulu saja kalau kalian masih mau nonton filmnya, nanti balik lagi hehe.

Body - Mind - Soul is Matter
Salah satu ide cerita yang saya cukup sukai di film ini adalah mengangkat bagaimana stigma masyarakat terhadap orang-orang dengan mental health issue itu sama dengan orang yang kurang iman, a.k.a jauh dari Tuhan. Ada adegan dimana Mila ini didoakan oleh pendeta (seperti exorcist) untuk dijauhkan dari kejahatan iblis, kalau di Islam mungkin semacam ruqyah. Mengingat apa yang terjadi juga dengan almarhumah kakak saya dulu, Mba Iya, yang wafat karena gerd anxiety. Percayalah, gak elok kalau kita langsung men-judge orang dengan masalah mental itu semata-mata karena kurang ibadah. 

Sedikit flashback, Mba Iya dulu meninggal di tahun 2021, masih zamannya Covid. Punya gerd, ditambah kondisi pandemi yang serba bikin parno, rasanya jadi kombo maut yang mudah mentrigger asam lambung naik. Sama seperti yang dialami Mila, tekanan yang dialaminya menimbulkan reaksi di tubuhnya. Jadi, jika ada dari kalian mengalami hal serupa, melakukan pengobatan secara medis (professional help) dan non medis (berkaitan dengan spiritualitas) menurut saya sangat perlu dilakukan sebagai bentuk ikhtiar penyembuhan. Sebab tubuh, pikiran dan jiwa adalah satu kesatuan yang holistik (selaras dan senantiasa waras).

Tirah, Sebuah Upaya Pemulihan Jiwa
Lalu bagaimana akhir dari film A Normal Woman ini? Karakter utama kabur dan happy ending😁. Ya begitu ending ceritanya, escaping the reality. Meski terkesan "lah udah gitu doang si Milanya kabur ke desa?". Namun, jalan yang ditempuh Mila ini bisa dibilang sebagai bentuk intervensi dalam mengatasi masalah hidupnya. 

Yap, tokoh Mila ini pergi dari "kehidupannya" atau bisa disebut tirah. Tirah dalam bahasa Jawa sendiri artinya istirahat atau pergi sejenak ke tempat lain untuk memulihkan diri. Kalau dikaitkan dengan hal spiritual mungkin bisa dibilang menjauh dari kehidupan yang biasa dijalani sehari-hari untuk menenangkan diri (gak jarang ada yang bilang juga ini treatment untuk buang sial). 

Kalau tidak mau mengaitkan dengan hal mistis, gunakan perspektif logika. Pergi ke tempat baru, healing, or anything you name it, menurut saya itu bisa menjadi salah satu alternatif untuk membuat jiwa tetap waras. Bayangkan, bertahun-tahun hidup di tempat yang sama, dengan rutinitas yang sama, berulang, setiap harinya, apa gak mumet?. Kalau merasa "ada yang gak normal deh selama hidup di tempat ini", sebetulnya bukan diri kita yang sepenuhnya salah, tapi bisa jadi lingkungan yang memicu masalah di dalamnya. 


Apa kamu pernah mengalami hal seperti itu? Berbagi di kolom komentar ya! Karena saya jadi kepikiran, apa sudah waktunya untuk tirah juga?😁

-jurnaldhena
Share on:
Punya kawan yang berprofesi sebagai guru, seringkali membuat saya harus menyesuaikan jadwal nongkrong dengan kalender akademik yang mereka punya. Termasuk untuk libur sekolah di pertengahan tahun ini. Jujur, gak terlalu sulit buat saya sebagai pekerja nomaden untuk tetap bisa kumpul bermain dengan mereka. Simpelnya, "gue ngikutin kalian aja".

Dua kawan saya ini sama-sama pengajar, Cibul guru SD dan Vita seorang guru SMK. Masing-masing sudah punya agenda untuk mengisi waktu liburan sekolah. Cibul rencana pergi ke Malang menemui adiknya yang kuliah di sana, sementara Vita ingin pergi ke Jogja mengikuti baking class (sebelum saya tahu alasannya, ini paling gak make sense jauh-jauh ke Jogja cuma buat belajar bikin kue).

Sebelumnya, wacana jalan-jalan bareng mereka memang sudah ada, tapi belum pernah kesampaian. Nah, jadilah momen libur sekolah kali ini yang sangat memungkinkan untuk direalisasikan rencana tersebut.

"Ayo ke Jogja", ucap Vita dalam chat WA-nya malam itu.
"Ayok dah", tiba-tiba saya menimpali pesan Vita itu dengan asbun. Padahal saya cuma basa-basi aja, jujur, paling gak jadi lagi😄. 

Ternyata, beneran jadi.

Bukan sekadar wacana, kali ini perjalanan ke Jogja kami beneran terealisasi. Menyiapkan itinerary, survei penginapan yang murah-murah, semua kami siapkan dengan serba mendadak. 

Bersua dengan kawan lama

Sebetulnya selain jalan-jalan, tujuan utama kami ke Jogja juga karena ingin menemui salah satu kawan lama kami sejak SMA, Budi namanya. Ups, sekarang panggil beliau Pak Budi, ya (maklum sekarang sudah jadi guru, sungkan manggil bad bud bad bud).
Lama tak jumpa, Budi justru sudah mem-branding dirinya sebagai Pak Nugi di sekolahnya. Gak ada yang berubah dari beliau, cuma keliatan lebih banyak brewokan saja.
Bersyukur dan merasa sangat senang bisa ketemu kawan lama yang mungkin setelah belasan tahun kami lulus SMA dan gak pernah ketemu lagi. 


Sekian jam kami nongkrong, saling bertukar kabar, cerita, nostalgia masa-masa sekolah dulu, happy betul rasanya. Melalui pertemuan ini, meski selalu ada momen-momen saling adu nasib "lo mah enak..." saya semakin menyadari bahwa setiap orang punya battlefield-nya masing-masing. Tapi harapan saya, semoga kalian selalu berbahagia dengan apa yang kalian jalani saat ini💖

Menemui kawan yang sudah lama tak berjumpa sepertinya menjadi salah satu bucketlist saya dalam waktu beberapa waktu ke depan (mumpung masih single dan bebas kemana-mana). Toh, jalin silaturahmi juga membuka banyak pintu-pintu rezeki, bukan? 

-jurnaldhena

Share on:
Dalam rangka malas jajan-jajan di luar untuk menu berbuka, kali ini saya coba recook resep bubur sumsum yang dulu suka dibuat oleh Almh. Mama. Beberapa kali beli bubur sumsum sebagai tajil berbuka puasa, tapi selalu kurang puas dengan tekstur dan rasanya. 
Namun, yang saya paling ingat dalam membuat bubur ini adalah butuh effort lebih dalam mengaduknya, supaya bubur menjadi kental merata dan tidak gosong. 

Dengan bahan-bahan yang sangat mudah ditemui di pasaran, langsung saja, berikut resep simpelnya (untuk 4-5 porsi).

Bahan-bahan bubur sumsum:
300 ml air
100 gr tepung beras
Secukupnya garam
400 ml santan (sudah berupa campuran 1 pcs santan kara instan dengan air atau full air santan kelapa asli is good) 
1 sdt essence pandan/selembar daun pandan

Resep air gula merah:
100 gr gula merah atau 3 pcs gula merah bulat
150 ml air
Secukupnya garam (ini sejumput saja sudah oke, hanya untuk memberi rasa gurih)
1 sdt essence pandan/selembar daun pandan

Cara membuat bubur sumsum:
  • Saring terlebih dulu tepung beras dengan saringan untuk menghilangkan kotoran dan mendapatkan tekstur tepung yang lembut.
  • Masukkan air ke dalam panci dan campurkan tepung beras. 
  • Tambahkan sedikit demi sedikit air santan, garam dan pandan.
  • Masak hingga mengental dan tidak ada tepung yang menggumpal. 
  • Aduk terus dengan api kecil maupun sedang hingga bubur menjadi lembut. Sebaiknya, jangan mengaduk bubur sampai ke dasar pinggiran panci, karena biasanya akan ada bagian bubur yang sudah mengerak dan rasanya pahit.
Tips!
Masak buburnya dulu biar fokus, jangan disambi masak air gula, biasanya lupa diaduk buburnya dan jadi gosong😁

Next, cara membuat air gula merah:
  • Masukkan air ke dalam panci, campurkan gula merah, pandan dan masak dengan api sedang, lalu aduk hingga merata.
  • Apabila sudah mendidih angkat dan saring air gula untuk menghilangkan ampas.
  • Sajikan bubur dengan dicampur air gula ketika ingin langsung disantap. 
Jika bubur dan air gula sudah tidak terlalu panas bisa masukkan ke dalam kulkas agar lebih awet. Buat saya pribadi, bubur sumsum pun akan lebih enak jika dimakan ketika dingin. So, let's recook this recipe and enjoy!



Share on:
  • ← Previous post
  • Menulis dan berbagi, agar tak tergerus akal imitasi
  • Pembelajar seumur hidup
120x120

ldhena

Author

TULISAN LDHENA

Menulis bersama LDHENA

Terfavorit

  • Review Film : 1 Kakak 7 Ponakan
    Beberapa kali menonton karya Yandy Laurens, rasanya gak pernah mengecewakan. Mulai dari web series Sore, film Keluarga Cemara sampai Jatuh C...
  • Law of Assumption, Membawa Hidup dalam Manifestasi
    Semesta seakan kompak membawa saya pada suatu konsep keilmuan bernama "Law of Assumption". Beberapa waktu lalu, rekan kerja saya, ...
  • Rumah Busana Qorira
    Hai Bloogies ayo mampir ke Rumah Busana Qorira. Disini menyediakan berbagai baju muslim,koko,gamis, jilbab, ciput sampai mukena. Bahan-bahan...
  • Tirah, Menjaga Kewarasan dalam Jiwa
    Baru saja menyelesaikan satu film original Netflix berjudul A Normal Woman. Film bergenre drama dan  psychological thriller  ini dibintangi ...
  • Recap of Dar Der Dor 2024
    Terima kasih Linda sudah bertahan hingga penghujung akhir 2024. Tahun yang begitu banyak kejutan di dalamnya. Rezeki berupa nikmat sehat dan...

PORTOFOLIO LDHENA

Cek!

Kumpulan Goresan

  • ▼  2025 (7)
    • ▼  November (1)
      • Law of Assumption, Membawa Hidup dalam Manifestasi
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2024 (10)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2022 (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2019 (1)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2017 (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2012 (4)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)

BLOGGER PEREMPUAN NETWORK

INDONESIAN BLOGGER COMMUNITY

Statistik

Profile Linkedin Facebook Twitter Tiktok Instagram

ldhena

༻✿༺

Created By SoraTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates Vector by Freepik