Setuju ya kalau 2020 rasanya menjadi tahun yang rasanya berat dan lama bangett. Karhutla, banjir, Covid-19, RUU PKS, Cipta Kerja, PHK, #dirumahaja, (ditambah masalah hidup) semakin membuat 2020 menjadi makin sempurna (ruwetnya). Karena sejatinya manusia hanya melihat apa yang bisa dilihat dan ingin dilihat, bukannya apa yang harusnya dilihat (ucap Mas Bos dari Webtoon Diner with Philosophy).
Adaptasi
Menghadapi apapun secara berlebihan memang gak bagus, sama halnya dengan menghadapi pandemi Covid-19. Beradaptasi dengan kewaspadaan, bukan dengan rasa takut atau sampai parno berlebih, bukan pula menganggap remeh. Itu mindset yang gue terapin di diri gue, begitu juga dengan orang-orang di sekitar gue.
*Jaga jarak - cuci tangan - pakai masker* sudah menjadi standar perilaku wajib selama setahun belakangan. Padahal, jauh sebelum pandemi mewabah, yang namanya menjaga kebersihan pola hidup yang sehat, apalagi dalam hal kebersihan memang sudah dianjurkan dalam agama.
Gue punya teman yang kerja sebagai nakes dan jurnalis yang kerja di media. Cerita dari mereka juga membuka mata gue untuk yakin bahwa Covid ini ADA (bukan konspirasi). Tapi kita juga harus kritis bahwa apa yang sering kita dapat dari luar sana gak selamanya juga benar. Banyak hal yang dimainkan oleh oknum-oknum yang gak bertanggungjawab, yang pada akhirnya malah ngebuat ricuh, mental down bahkan pesimis.
Terus lo percaya gak Lin sama Covid-19?
Percaya, i'm a covid survivor😆 Pada akhirnya gue ngerasain terjangkit Covid di tahun Covid. Lalu bagaimana rasanya? Gue pribadi ketika didiagnosa positif memang lagi gak sakit, jadi gak ngerasa apa-apa. Istilahnya Covid Asimtomatik atau OTG (orang tanpa gandengan *eh, orang tanpa gejala maksudnya). Walaupun batuk/flu selama sebulan terakhir ya kayak batpil biasa aja.
Awalnya gue merasa aman-aman aja, pasti gak bakalan terpapar Covid. Kerja WFH terus, lebih sering belanja online, sesekali pergi pas kondangan aja (itupun rata-rata undangan temen yang gue datengin terbatas banget). Prokes yang gue jalanin juga cukup ketat, menurut gue pribadi. Yah namanya virus, datang begitu aja tanpa permisi.
Gue ikut SWAB Test pun tadinya memang untuk kebutuhan kerjaan ACT di lapangan. Karena gue ngerasa sehat-sehat aja ya gue gas aja, aman pastilah, eh ternyata hasilnya positif #cry. Mau minta maaf berkali-kali ke tim ACT karena biaya Swab Test semahal itu ternyata (hampir 900K). Walaupun tetap dibiayain kantor dan gue cuma disuruh istirahat, tapi tetep aja gak enak 😂. Kemungkinan juga pas gue di-test itu, kondisi gue lagi stress bahkan imun gue sedang turun jadi dampaknya ke tubuh gue yang jadi gampang terjangkit.
Alhamdulillah karena hasil CT Value Swab Test gue dalam batas ambang aman (menurut tenaga medis yang menangani) alhasil gue cuma disuruh isolasi mandiri aja selama 2 minggu. Kalau selama dan setelah 2 minggu itu gue mengalami gejala-gejala lainnya barulah untuk ditindaklanjuti secara medis.
Yang menjadi drama, begitu tahu gue kena Covid, keluarga gue panik sepanik-paniknya. Karena Covid itu udah dianggap kayak zombie yang mematikan bahkan aib bagi yang terpapar. Gue tekanin ke mama dan kakak-kakak gue, "Everything is gonna be okay!" Gue berusaha untuk gak panik-panik banget, jangan stress, kuatin imun dan iman aja. Walaupun sebenarnya gak sesantuy itu juga sih, karena gue pun takut anggota keluarga gue yang lain kena juga, mama, mba iya, mas adit, mba desi bahkan ponakan gue yang masih kecil si Kanigara. Even pada saat itu mereka gak menunjukkan symptom Covid.
Drama semakin tersulut sampai ketika gue dapet panggilan dari Puskesmas Pejaten Timur. Yes! Gue di-tracing dari hasil Swab Test positif gue itu. Katanya datanya udah sampe Dinas Kesehatan DKI dan gue pun ditanya-tanya terkait aktivitas terakhir gue ngapain aja, interaksi terakhir gue sama siapa. Bener-bener ditelusurin sampai ke akar-akar khawatir positif Covid-nya gue membahayakan orang-orang di sekitar gue.
Gue pun masih gak tahu apa penyebab gue bisa terpapar. Bisa jadi pas gue lagi belanja ke minimarket, lagi kondangan atau pas lagi interaksi sama tetangga maupun orang-orang sekitar gue. Tapi yang paling memungkinkan sih, gue berinteraksi sama orang-orang yang sebetulnya orang itu terpapar Covid tapi dia sendiri gak tahu kalau dia positif Covid.
Singkat cerita, keluarga gue akhirnya diminta untuk di Swab Test. Dengan seluruh tenaga gue memaksa mereka biar mau di Swab, mereka gak mau ya karena takut. Syukur kalau hasilnya negatif, kalau positif dan CT Value-nya rendah dan berbahaya bisa jadi nantinya harus diisolasi di Wisma Atlet. Karena setahu gue semakin tinggi CT Value-nya semakin aman dan gak berisiko. Sebaliknya kalau CT Value-nya rendah bakal berisiko tinggi menularkan Covid. Gue gak terlalu paham, tapi dari hasil Swab gue yang tertulis CT-Value gue 37,3 (batas normal value Egene > 39, RdrP >38).
Alhamdulillah.. Dari perdramaan swab sweb swob, hasil swab keluarga gue semuanya negatif. Bahkan Kanigara yang sering main sama gue pun juga negatif. Bersyukur banget.. karena walaupun gue positif Covid setidaknya keluarga terdekat gue gak ada yang ikut terpapar.
Oiya, pas tahu gue Covid, gue juga langsung hubungin beberapa teman yang sempat ketemu dan interaksi sama gue sebelumnya. Alhamdulillah semuanya aman dan sehat-sehat. Karena rata-rata mereka juga udah WFO jadi seringkali diminta kantornya buat rutin ngelakuin swab or rapid test.
Sebuah pelajaran berharga dari yang di-atas, agar gue senantiasa bersyukur. Meskipun gue terpapar Covid, Allah masih beri gue kesempatan untuk bisa bernapas dengan mudahnya, makan dengan nikmat, beraktivitas normal, bahkan di tengah isolasi mandiri pun gue masih bisa kerja mencari cuan. Saat di luar sana, banyak orang yang terpapar Covid ataupun yang tidak terpapar Covid, tapi sama-sama berjuang untuk tetap bisa bertahan hidup.
..Cause every cloud has a silver lining..
Quarter Life of Crisis
Menempuh Hidup Baru
Lini's Engagement Day, soon to be Bride 2021💓 |
Wulan's Wedding Day💓 |
Ninis's Wedding Day💓 - Gak sempet foto bareng pas kondangan :( |
Nada's Wedding Day💓 |
Anggie's Wedding Day💓 |
Mei dan Mayang Wedding's Day - Ratu-ratunya NutriTeen💓 |
|
|
0 comments